Kring.. kring.. kring…
Dering ponselku berbunyi seraya membuyarkan seluruh imajinasi dan lamunanku tentang Negeri itu.
“Ah siapa sih yang menelfon selarut ini.” gumamku lirih sambil mengambil ponsel yang terhubung dengan kabel chargeran. Kulihat nama penelfon, ternyata dia lagi, lelaki itu lagi. Sambil menghela nafas kuangkat telfon dengan rasa malas. Dengan hati-hati ku lepaskan kabelnya dan kutempelkan ponsel ke pipi kiri yang masih terasa basahan bekas luruhnya genangan air mata.
“Halo Assalamualaikum..” ucapku.
“Wa’alaikumussalam, Ran, lagi dimana? gue ke kosan lu yah!”
“Hah? Mau ngapain? Udah malam banget ini.” (ku intip jam dinding kamar kosanku, menunjukkan ke angka jam 12 malam)
“Penting banget. 7 menit lagi gue sampe, pokoknya gue nggak mau nunggu lu dandan!” (telp langsung terputus)
“Kan, kan, kebiasaan banget matiin telp gue, nggak sopan!” (keluhku memaki-maki ponsel yang tak berdaya)
Dering ponselku berbunyi seraya membuyarkan seluruh imajinasi dan lamunanku tentang Negeri itu.
“Ah siapa sih yang menelfon selarut ini.” gumamku lirih sambil mengambil ponsel yang terhubung dengan kabel chargeran. Kulihat nama penelfon, ternyata dia lagi, lelaki itu lagi. Sambil menghela nafas kuangkat telfon dengan rasa malas. Dengan hati-hati ku lepaskan kabelnya dan kutempelkan ponsel ke pipi kiri yang masih terasa basahan bekas luruhnya genangan air mata.
“Halo Assalamualaikum..” ucapku.
“Wa’alaikumussalam, Ran, lagi dimana? gue ke kosan lu yah!”
“Hah? Mau ngapain? Udah malam banget ini.” (ku intip jam dinding kamar kosanku, menunjukkan ke angka jam 12 malam)
“Penting banget. 7 menit lagi gue sampe, pokoknya gue nggak mau nunggu lu dandan!” (telp langsung terputus)
“Kan, kan, kebiasaan banget matiin telp gue, nggak sopan!” (keluhku memaki-maki ponsel yang tak berdaya)
Kusiapkan jilbab dan kukenakan sweater untuk menutupi piyamaku yang memiliki lengan pendek. Kulihat cermin dan merapihkan kerudung, sambil melihat diri sendiri dan bertanya dalam hati, “Mau ngapain yah malem-malem” sambil terisak kucoba untuk tidak terlihat seperti habis menangis. Setelah siap, ku langsung turun ke halaman kosanku di lantai 1, kamar kosanku berada di lantai 2, aku menuruni tangga dengan hati-hati karena takut membangunkan penghuni kosan yang lain.
***
Sudah 3 menit aku menunggu, tidak ada tanda-tanda makhluk itu, kulihat saku piyamaku tidak ada ponsel “Sial, gue lupa bawa hp. Lama banget lagi, dia pikir gue nggak takut apa malem-malem begini.” Tak lama cahaya motor dari arah kiri bersinar mendekati, suara motornya nyaring sekali, semoga dugaanku tak salah, ini dia manusia yang membuatku rela untuk menunggu dan mengacaukan jam tidurku, lebih tepatnya menjadi salah satu alasanku untuk berhenti menangisi hal tadi, mungkin kalau dia tidak menelfon, aku masih terisak-isak sampai subuh. Tapi sayang sekali, kali ini ternyata dugaanku salah, motor itu melaju hanya melewatkanku tanpa permisi, ya, dia bukan yang kutunggu. Kemudian di saat yang sama motor dari arah kanan mendekat, ternyata motor ini membawa pengemudi yang menjengkelkan bagiku, yang menitahku menemuinya malam-malam buta.
Saat dia berhenti tepat di hadapanku
“Ada apa lagi?” (pertanyaan todongan langsung kulontarkan)
“ehm anu, itu..” wajahnya samar tertutup bayangan pepohonan
“Ada apa? yang jelas kalau ngomong itu!”
“Itu Ran, gue udah beli tiket pesawatnya tadi pagi.”
Aku terdiam sesaat, memandang matanya beberapa detik untuk mengisyaratkan pertanyaan tersirat, seolah bertanya, untuk apa hanya bilang begitu mesti menemuiku malam-malam, kenapa tidak chat atau telp kan bisa. Kualihkan tatapanku, dan sedikit mengerutkan keningku.
“Tunggu dulu, maksudnya gimana?”
“Ya itu, gue udah beli. Jadi dengan atau tanpa lu gue akan tetap berangkat, Ran.”
Prayyyyyyyy, seperti ada piring dan gelas kaca pecah didalam dadaku, beradu menciptakan kegaduhan, bagai cermin yang pecah dan pecahannya memantulkan cahaya ke berbagai arah, bagai sambaran gemuruh badai petir yang menciptakan angin tornado, puting beliung dan tsunami yang sangat dahsyat di dadaku. Aku melongo. Sontak mengedipkan mata seolah baru menyadari apa yang terjadi.
“Oh, yasudah, pergi saja sana. Memang biasanya begini kan, lu nggak akan mau berurusan sama gue, cover-nya doang kita sahabat, dalemnya lu akan tetap menganggap gue rival, ya kan?.” (kalimat terkasar dariku keluar, aku bahkan tidak ingin mendengar kalimat ini)
“Lu ngomong apan sih? gue masih mau nunggu lu seminggu lalu buat beli tiket bareng, sampai promo diskonnya habis, gue masih nunggu lu. Tapi kalau lu aja nggak ngasih kejelasan kaya gini, gue juga bingung.”
“Lu kan tahu passport gue baru jadi besok lusa.”
“Iya gue tahu, tapi gue udah kenal banyak temen yang ngajakin gue buat satu maskapai bareng mereka Ran, maafin gue ya!”
Aku terdiam. Hening beberapa saat, dalam hatiku semakin gaduh, ada yang menjerit ada yang terseok menahan agar air mata tak jatuh, ada yang bergumam “gapapa, memang aku bukan prioritasmu”. Dengan kekuatan ekstra penuh mulutku memberanikan untuk berkata;
“Yaudah gapapa, Ji. Ini kan mimpi kita bersama juga untuk bisa keliling dunia, dengan lu berangkat aja gue merasa terwakilkan mimpinya. Nanti gue nyusul, dan akan terus ngalahin lu, kita kan rival.” (sedikit tertawaku sambil menonjok lengan atasnya, semoga ini sedikit bisa mencairkan suasana)
“Sekali lagi maafin gue yah! Gue tunggu pembalasan lu, gue tunggu pencapaian-pencapain target lu! tapi gue tetap akan berada di depan lu. Hahahahahha” (ciri khas ke-PD-annya keluar, rasanya ingin meremas bagian otaknya dan melumatnya habis-habis saat ia sudah mengeluarkan jurus Pede 1000% itu)
“Oh, yasudah, pergi saja sana. Memang biasanya begini kan, lu nggak akan mau berurusan sama gue, cover-nya doang kita sahabat, dalemnya lu akan tetap menganggap gue rival, ya kan?.” (kalimat terkasar dariku keluar, aku bahkan tidak ingin mendengar kalimat ini)
“Lu ngomong apan sih? gue masih mau nunggu lu seminggu lalu buat beli tiket bareng, sampai promo diskonnya habis, gue masih nunggu lu. Tapi kalau lu aja nggak ngasih kejelasan kaya gini, gue juga bingung.”
“Lu kan tahu passport gue baru jadi besok lusa.”
“Iya gue tahu, tapi gue udah kenal banyak temen yang ngajakin gue buat satu maskapai bareng mereka Ran, maafin gue ya!”
Aku terdiam. Hening beberapa saat, dalam hatiku semakin gaduh, ada yang menjerit ada yang terseok menahan agar air mata tak jatuh, ada yang bergumam “gapapa, memang aku bukan prioritasmu”. Dengan kekuatan ekstra penuh mulutku memberanikan untuk berkata;
“Yaudah gapapa, Ji. Ini kan mimpi kita bersama juga untuk bisa keliling dunia, dengan lu berangkat aja gue merasa terwakilkan mimpinya. Nanti gue nyusul, dan akan terus ngalahin lu, kita kan rival.” (sedikit tertawaku sambil menonjok lengan atasnya, semoga ini sedikit bisa mencairkan suasana)
“Sekali lagi maafin gue yah! Gue tunggu pembalasan lu, gue tunggu pencapaian-pencapain target lu! tapi gue tetap akan berada di depan lu. Hahahahahha” (ciri khas ke-PD-annya keluar, rasanya ingin meremas bagian otaknya dan melumatnya habis-habis saat ia sudah mengeluarkan jurus Pede 1000% itu)
Dia tetap sama seperti 2 tahun lalu, meng-alibi-kan mimpi-mimpi untuk mengajakku bersaing, walaupun sebenarnya aku tidak paham apa yang harus kita perebutkan. Bukan kekuasaan, jabatan, apalagi penghargaan. Bukan. Dia selalu menawarkan kesempatan untuk selalu semangat dan pantang menyerah, dan ku yakin aslinya baik. Namanya Panji Kusuma, teman kuliah dan satu organisasi beasiswa denganku. Tapi dia rese, selalu ingin lebih dariku, merasa selalu diatasku, dan selalu menggapku rival, yah mungkin baginya itu akan membuat ia merasa tertantang dan melakukan hal-hal yang membanggakan, setelah itu, dia sombongkan padaku. Menyebalkan sekali. Sesekali bangga juga sih.
***
Setelah jam kelas kuliah pagi usai, aku ingin merasakan sejuknya AC Perpustakaan Fakultas. Sesaat aku duduk, terdengar suara dari pintu perpustakan seraya memanggil dan mendekatiku.
“Kiran.. Kiran…!”
“Ada apa, Cem?”
“Kamu dipanggil bagian Tata Usaha Fakultas tuh, Ran!”
“Ada apa yah?”
“Nggak tahu deh, coba temuin aja!”
“Oke deh, makasih yah cempita!”
***
Di ruangan yang bersih dengan ornament khas, AC ini lebih dingin dari AC perpustakaan Fakultasku. Kutatapi setiap sudut ruangannya hanya ada aku dan degup jantung yang semakin kencang.
“Kiran Auliya, Mahasiswi semester 5 jurusan Sastra!”
Suara itu masuk dari pintu sambil membawa sebandel kertas berjilid map warna biru, dan langsung duduk tepat di hadapanku, aku langsung bersalaman dengan beliau yang tidak lain adalah Bapak Wakil Dekan Fakultasku.
“Kamu Kiran Auliya?”
“Iya Pak, saya Kiran.”
“Ini benar proposal pengajuan dana, milikmu?” (sambil menunjukkan map biru ditangannya)
“Benar, Pak.” Jantungku rasanya mau copot, kebingungan setengah mati, apa beliau akan memarahiku atas apa yang kutulis di proposal tersebut? pikiranku berkecamuk kemana-mana.
“Kamu mau ke Malaysia, ada acara apa disana?”
“Hm, Alhamdulillah Pak, saya lolos pada acara International Model United Nations, yang acaranya digelar 3 hari di Kuala Lumpur, Malaysia.”
“Lalu, kamu sudah ada untuk registrasi dan uang tiket pesawat?”
“Hehe, belum pak. Justru setelah berdiskusi dengan orang tua semalam melalui telp, mereka menyarankan saya mundur karena tabungan saya tidak cukup dan saya tidak ingin membebani orangtua.”
“Wah, jangan sampe mundur. Sayang banget! kamu bagus bisa ke luar negeri membawa nama baik fakultas dan universitas. Jangan sampai mundur yah! karena proposal kamu sudah saya terima dan kemarin sudah dipelajari Bagian Tata Usaha juga, insyaAllah kamu akan tembus pengajuan proposal ini. 5juta cukup kan? Tahun ini saya rasa, kamu yang paling banyak dicairkannya.”
“Serius pak?” belum sempat aku mengucapkan terimakasih dan basa-basi lainnya. Ada segerombol makhluk yang menari, menyanyi, berteriak dalam dadaku, perutku pun ikut ngilu, sungguh perasaan yang sulit dijelaskan. Padahal baru semalam tangisku benar-benar pecah, banyak alasan yang membuatku mundur. Tapi ucapan Bapak Wadek ini membuat semuanya berubah 180 derajat.
“Kiran Auliya, Mahasiswi semester 5 jurusan Sastra!”
Suara itu masuk dari pintu sambil membawa sebandel kertas berjilid map warna biru, dan langsung duduk tepat di hadapanku, aku langsung bersalaman dengan beliau yang tidak lain adalah Bapak Wakil Dekan Fakultasku.
“Kamu Kiran Auliya?”
“Iya Pak, saya Kiran.”
“Ini benar proposal pengajuan dana, milikmu?” (sambil menunjukkan map biru ditangannya)
“Benar, Pak.” Jantungku rasanya mau copot, kebingungan setengah mati, apa beliau akan memarahiku atas apa yang kutulis di proposal tersebut? pikiranku berkecamuk kemana-mana.
“Kamu mau ke Malaysia, ada acara apa disana?”
“Hm, Alhamdulillah Pak, saya lolos pada acara International Model United Nations, yang acaranya digelar 3 hari di Kuala Lumpur, Malaysia.”
“Lalu, kamu sudah ada untuk registrasi dan uang tiket pesawat?”
“Hehe, belum pak. Justru setelah berdiskusi dengan orang tua semalam melalui telp, mereka menyarankan saya mundur karena tabungan saya tidak cukup dan saya tidak ingin membebani orangtua.”
“Wah, jangan sampe mundur. Sayang banget! kamu bagus bisa ke luar negeri membawa nama baik fakultas dan universitas. Jangan sampai mundur yah! karena proposal kamu sudah saya terima dan kemarin sudah dipelajari Bagian Tata Usaha juga, insyaAllah kamu akan tembus pengajuan proposal ini. 5juta cukup kan? Tahun ini saya rasa, kamu yang paling banyak dicairkannya.”
“Serius pak?” belum sempat aku mengucapkan terimakasih dan basa-basi lainnya. Ada segerombol makhluk yang menari, menyanyi, berteriak dalam dadaku, perutku pun ikut ngilu, sungguh perasaan yang sulit dijelaskan. Padahal baru semalam tangisku benar-benar pecah, banyak alasan yang membuatku mundur. Tapi ucapan Bapak Wadek ini membuat semuanya berubah 180 derajat.
***
Beberapa hari setelah hari itu, tak ada kabar dari Panji. Sulit rasa egoku untuk menghubungi dia duluan. Gengsiku sangat berlebihan. Tak apa, pikirku. Memang kita berjanji bersama JIRANCEUS ( Panji, Kiran, Cempita, Fairus ) untuk menaklukan mimpi-mimpi dan salah satunya keluar negeri. Tapi setiap insan kan ada jalannya masing-masing. Jiranceus adalah nama group buatan Panji, ntah apa maksudnya, tapi aku suka-suka saja. Cempaka dan Firdaus sedang sibuk dengan organisasi primodialnya. agak sulit juga menghubunginya. Tapi aku yakin nanti juga kita akan pergi bersama.
Beberapa hari setelah hari itu, tak ada kabar dari Panji. Sulit rasa egoku untuk menghubungi dia duluan. Gengsiku sangat berlebihan. Tak apa, pikirku. Memang kita berjanji bersama JIRANCEUS ( Panji, Kiran, Cempita, Fairus ) untuk menaklukan mimpi-mimpi dan salah satunya keluar negeri. Tapi setiap insan kan ada jalannya masing-masing. Jiranceus adalah nama group buatan Panji, ntah apa maksudnya, tapi aku suka-suka saja. Cempaka dan Firdaus sedang sibuk dengan organisasi primodialnya. agak sulit juga menghubunginya. Tapi aku yakin nanti juga kita akan pergi bersama.
***
Hari keberangkatan tiba, sama sekali aku tak berniat mengabari Panji. Dia pun mungkin begitu, memang sepertinya egonya juga lebih tinggi dariku. Setibanya di Bandara Soekarno Hatta, aku melihatnya, Panji bersama segerombol lelaki yang membawa koper lengkap khas orang-orang mau keluar negeri. Tak kupanggil, ku abaikan. Tak tahu pula rencana semesta, ternyata kita satu maskapai. Aku menyadari, dan dia tidak.
Hari keberangkatan tiba, sama sekali aku tak berniat mengabari Panji. Dia pun mungkin begitu, memang sepertinya egonya juga lebih tinggi dariku. Setibanya di Bandara Soekarno Hatta, aku melihatnya, Panji bersama segerombol lelaki yang membawa koper lengkap khas orang-orang mau keluar negeri. Tak kupanggil, ku abaikan. Tak tahu pula rencana semesta, ternyata kita satu maskapai. Aku menyadari, dan dia tidak.
Setibanya di Bandara KL Malaysia saat hendak mengambil koper yang ditunkan dari bagasi, dia menyadari bahwa ada aku, Kiran berada di satu pesawat bersamanya. Dia seperti menganga tak menyangka melihatku, aku tersenyum. Ini senyum kebanggaan dariku karena kenyataannya aku bisa menyusulnya haha. Ntahlah, tapi aku suka membalas kesombongannya.
Dia mendekat seolah memamerkan muka haru bahagia. Kugampar pipinya, mengisyaratkan bahwa kita bukan di dunia mimpi dan aku lari kecil menjauh tak ingin ada balasan gamparan darinya. Seketika itu kita tertawa lebar, serasa tak ada beban dan tanpa ada perkataan apapun. Yang kita tahu kita telah sampai di Negeri Jiran, Malaysia. Salah satu mimpi Jiranceus terwujud. kita akan ceritakan mimpi dan capaian Negeri Jiranceus selanjutnya, karena kita percaya jikalau kita yakin dan percaya, segalanya pasti akan dimudahkan
.
Selesai -
Selesai -
(Cerpen ini akan dibukukan setelah menunggu revisi heheh)
MAHARANI AULIYA AGUSTIN
Maharani Auliya Agustin, biasa dipanggil Rani atau Mahar. Lahir 8/8/1998. Hobbinya banyak, kadang juga random. Kuliah di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta semester 6 jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi.
Ini project keduanya bersama Kalana Publising setelah Puisi Perih akan Pulih kemarin, ia ingin mencoba memperbanyak kontribusinya dalam menulis. Cerpen ini lahir dari kisah nyata yang sedikit-banyak diberi bumbu agar menarik untuk dibaca. Tokoh-tokonya pun nyata hanya nama yang dibiaskan, sengaja. Dia juga aktif menulis di blogspotnya saat ini sudah 6000an viewers.
Instagram : maharaniauliya.a
Facebook : Maharani Auliya Agustin
Surel : maharaniaa88@gmail.com
Blogger : https://thejournalofmaharani@blogspot.com
Maharani Auliya Agustin, biasa dipanggil Rani atau Mahar. Lahir 8/8/1998. Hobbinya banyak, kadang juga random. Kuliah di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta semester 6 jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi.
Ini project keduanya bersama Kalana Publising setelah Puisi Perih akan Pulih kemarin, ia ingin mencoba memperbanyak kontribusinya dalam menulis. Cerpen ini lahir dari kisah nyata yang sedikit-banyak diberi bumbu agar menarik untuk dibaca. Tokoh-tokonya pun nyata hanya nama yang dibiaskan, sengaja. Dia juga aktif menulis di blogspotnya saat ini sudah 6000an viewers.
Instagram : maharaniauliya.a
Facebook : Maharani Auliya Agustin
Surel : maharaniaa88@gmail.com
Blogger : https://thejournalofmaharani@blogspot.com
Nuhunnn shobku
BalasHapusWaaahhh.. Btw jan lupa follow IG aku ya yg baru @meliafts_����������������
BalasHapusKereen
BalasHapusAllahuma nular aamiin
BalasHapusAamiin Allahumma Aamiin
HapusKerenn bgtt sii kamuu🥳🥳❣❣❣
BalasHapusKamu juga 💓
Hapus